Tindakan bijak Saidina Uthman merupakan suatu amalan yang memberi manfaat besar kepada umat Islam ketika itu, bahkan ada pendapat menyebut bahawa sebab turun surah al-Fajr, ayat 27-30 selepas berlakunya peristiwa ini. Imam al-Qurtubi dalam tafsirnya menyebutkan bahawa:

A palavra “caligrafia” deriva do grego, que significa “escrita bela”. A caligrafia, ou a arte da escrita elaborada, tem centenas de anos de história e desenvolvimento. Eles são de estética, refinamento, criatividade e pura beleza. Para diferentes escritas, como a chinesa ou a árabe, por exemplo, foram criadas formas próprias de caligrafia. No entanto, tanto a caligrafia ocidental quanto a chinesa e a árabe, têm regras e formas rigorosas com uma ordem geométrica de alinhamento na página, com cada caractere com uma ordem de traços precisa. Fontes de caligrafia são largamente usadas em convites de casamento, convites de eventos, criação de logotipos originais, arte religiosa, filmes, TV, etc. A Burgues Script, criada por Alejandro Paul, é uma família de fontes típica do estilo de caligrafia. De acordo com o designer, a fonte é uma ode ao calígrafo americano do final do século 19 Louis Madarasz, conhecido como “o mais habilidoso calígrafo que o mundo já conheceu”. Fonte Burgues Script de Alejandro Paul Para baixar fontes de caligrafia gratuitas, você pode dar uma olhada na nossa coleção de fontes gratuitas, que oferece mais de fontes em diversas categorias. Não quer baixar as fontes? Você pode usar as ferramentas abaixo para converter seus textos inseridos em imagens ou logotipos online. Para baixar a imagem que você criou, apenas clique na imagem e salve, ou você pode clicar no botão “INCORPORAR” para obter links e incorporar imagens em páginas da internet ou blogs. INSIRA O TAMANHO DA FONTE SELECIONE UM EFEITOSELECIONE UM CONTORNOSELECIONE UM PREENCHIMENTO Talvez você goste deConfira nossas fontes gratuitas abaixo, baixe ou crie imagens e logotipos com elas. Você pode clicar aqui para ver outro conjunto de fontes.

Pngtree memberi Anda 22 gambar Kaligrafi Quran png, vektor, clipart, dan file psd transparan gratis. Semua sumber daya Kaligrafi Quran ini dapat diunduh gratis di Pngtree. Oleh. Al-Ustadz. Rokhmat S. Labib, يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠ Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku QS al-Fajr [89] 27-30. Dalam ayat-ayat sebelumnya dijelaskan tentang celaan dan ancaman terhadap para pelaku maksiat. Ancaman itu benar-benar akan menjadi kenyataan ketika datang Hari Kiamat. Mereka harus menerima siksaan yang amat dahsyat. Demikian dahsyatnya hingga tidak satu pun siksaan manusia di dunia yang menyamainya. Mereka pun menyesali perbuatan mereka. Namun, penyesalan itu sudah terlambat sehingga tidak bermanfaat sama sekali bagi mereka. Kemudian dalam ayat ini diberitakan tentang adanya golongan lain dari kalangan manusia. Mereka tidak termasuk yang ditimpa siksaan tiada tara itu. Mereka justru mendapat kabar gembira dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Tafsir Ayat Allah SWT berfirman Yâ ayyatuhâ an-nafsu al-muthmainnah Hai jiwa yang tenang. Ayat ini memberitakan tentang pemanggilan an-nafs al-muthmainnah. Kata an-nafs bisa digunakan untuk menyebut zat benda secara keseluruhan lihat QS al-Zumar [39] 56; QS al-An’am [6] 151;[1] bisa juga untuk menyebut ruh lihat QS al-An’am [6] 93.[2] Adapun kata al-muthmainnah merupakan ism al-fâ’il dari al-thuma’nînah wa al-ithmi’nân. Secara bahasa, kata al-thuma’nînah berarti as-sukûn diam, tenang, tidak bergerak.[3] Dijelaskan juga oleh al-Asfahani, kata tersebut berarti as-sukûn ba’da al-inzi’âj tenang setelah gelisah atau cemas.[4] Menurut at-Tunisi, kata ithma’anna digunakan ketikahâdi[an] ghayra mudhtharib wa lâ munza’ij tenang, tidak cemas dan tidak gelisah. Kata itu juga bisa juga digunakan untuk menunjuk ketenangan jiwa karena membenarkan apa yang dalam al-Quran tanpa ada keraguan dan kebimbangan. Oleh karena itu, penyebutan tersebut merupakan pujian atas jiwa tersebut. Bisa pula, ketenangan jiwa tersebut tanpa takut dan fitnah di akhirat.[5] Siapa yang dimaksud dengan orang yang berjiwa tenang dalam ayat ini? Ada beberapa penjelasan. Menurut Ibnu Abbas, dia adalah al-muthmainnah bi tsawâbil-Lâh jiwa yang tenteram dengan pahala Allah; juga bermakna jiwa yang mukmin.[6] Al-Hasan menafsirkannya sebagai al-mu’minah al-mûqînah jiwa yang mukmin dan yakin. Athiyah berpendapat, ia adalah jiwa yang ridha terhadap qadha Allah.[7] Dikemukakan al-Khazin, yang dimaksud dengannya adalah jiwa yang teguh di atas iman dan keyakinan, membenarkan apa yang difirmankan Allah SWT, meyakini Allah SWT sebagai Tuhannya, serta tunduk dan taat terhadap perintah-Nya.[8]Ibnu Jarir ath-Thabari memaknainya sebagai orang yang tenteram dengan janji Allah SWT yang disampaikan kepada ahli iman di dunia berupa kemuliaan bagi dirinya di akhirat, kemudian dia membenarkan janji itu.[9] Abu Hayyan al-Andalusi menyatakan, al-muthmainah adalah al-âminah orang yang aman dan tenteram tidak diliputi oleh ketakutan dan kekhawatiran; atau tenteram dengan kebenaran dan tidak dicampuri dengan keraguan.[10] Diterangkan Fakhruddin ar-Razi, al-itmi’nân berarti al-istiqrâr wa ats-tsabbât kekokohan dan keteguhan. Bentuk keteguhan itu ada beberapa. Pertama meyakini kebenaran dengan pasti Lihat QS al-Baqarah [2] 260. Kedua an-nafs al-âminah jiwa yang aman dan tenteram tidak bercampur dengan ketakutan dan kekhawatiran Lihat QS Fushilat [41] 30. Jika diperhatikan, sekalipun menggunakan redaksional yang berbeda-beda, sesungguhnya obyek yang ditunjuk tidak berbeda, yakni orang Mukmin yang taat dan ikhlas. Ini juga ditegaskan oleh al-Qurthubi, bahwa yang benar adalah jiwa tersebut bersifat umum mencakup semua jiwa yang mukmin, muklish dan taat.[11] Kepada jiwa yang tenang itu diserukan Irji’î ilâ Rabbika râdhiyah mardhiyyah kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai. Jiwa itu dipanggil untuk kembali kepada Rabbiki. Yang dimaksud dengan Rabbiki di sini adalah Allah SWT.[12] Digunakan kata Rabbiki, menurut al-Alusi, untuk menambah kelembutan.[13] Di-mudhâf-kan kepadadhamîr an-nafs al-mukhâthah—yakni kata ganti orang kedua yang menunjuk pada an-nafs—berguna sebagai tasyrîf[an] lahu untuk memuliakannya.[14] Menurut Ibnu Zaid, perkataan ini disampaikan ketika mati dan keluarnya ruh dari jasad seorang Mukmin di dunia.[15] Dari Said berkata, “Saya membaca ayat ini Yâ ayyatuhâ an-nafsu al-muthmainnah; Irji’î ilâ Rabbiki râdhiyah mardhiyyah di samping Rasulullah saw., lalu Abu Bakar ra. berkata, “Sungguh ini sesuatu yang bagus.”Kamudian Rasulullah saw. bersabda أما إنَّ المَلَكَ سَيَقُولُهَا لَكَ عِنْدَ المَوتِ Adapun sesungguhnya malaikat akan mengatakan itu kepadamu ketika mati HR ath-Thabari.[16] Ada juga yang menafsirkan Rabbiki di sini adalah jasadnya. Artinya, an-nafs dimaknai sebagai ar-rûh lalu dikembalikan pada jasadnya. Di antara yang berpendapat demikian adalah Ibnu Abbas, Ikrimah dan Atha`; juga ath-Thabari dan al-Qurthubi.[17] Menurut ath-Thabari, perkataan itu disampaikan pada Hari Kebangkitan. Dalilnya adalah kalimat berikutnyaFa [i]dkhulî fî ibâdî Wa [id]khulî jannatî.[18] Disebutkan bahwa jiwa tersebut kembali dalam keadaan râdhiyat[an] mardhiyyat[an]. Kata râdhiyah berarti râdhiyah bimâ ûtiyatihi jiwa itu puas dengan apa yang diberikan kepadanya. Adapun mardhiyyah berarti mardhiyyah indal-Lâh bi amalika jiwa itu diridhai di sisi Allah dengan amal kalian.[19] Dengan kata lain, jiwa tersebut ridha kepada Allah beserta kemuliaan yang diberikan kepadanya berupa pahala dan Allah pun ridha terhadap jiwa itu.[20] Kemudian dikatakan kepadanya Fa [i]dkhulî fî ibâdî lalu masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Seruan ini berarti Masuklah ke dalam kumpulan hamba-Ku yang shalih dan bergabunglah bersama mereka. Sebab, maksud ibâdîpara hamba-Ku sebagaimana dijelaskan mufassir adalah ibâdî ash-shâlihîn, para hamba-Ku yang shalih. Di antara yang mengatakan demikian adalah Qatadah, al-Qurthubi, al-Khazin, Abu Hayyan, as-Samarqandi, al-Jazairi, dan lain-lain.[21]Menurut al-Qurthubi, ini sebagaimana firman Allah SWT وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ ﴿٩﴾ Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih benar-benar akan Kami masukkan ke dalam golongan orang-orang yang salih QS al-Ankabut [29] 9. Kemudian dikatakan pula kepadanya Wa [id]khulî jannatî dan masuklah ke dalam surga-Ku. Mereka juga dipersilakan masuk ke dalam surga-Nya. Mereka menjadi penghuninya yang kekal dan abadi. Mereka benar-benar mendapatkan apa yang dijanjikan Allah SWT, yakni surga yang di dalamnya terdapat segala yang disenangi manusia. Allah SWT berfirman فِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ ۖ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿٧١﴾ Di dalam surga itu terdapat segala yang diingini oleh hati dan sedap dipandang mata dan kalian kekal di dalamnya QS az-Zukhruf [43] 71. Itulah sebaik-baik tempat kembali. Semua karunia itu diberikan kepada mereka sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan selama di dunia. Keberuntungan Jiwa yang Tenang Ayat-ayat ini adalah di antara ayat yang memberitakan kabar gembira kepada orang-orang Mukmin dan beramal shalih yang tetap istiqamah hingga akhir hayatnya. Sebagaimana dipaparkan di muka, merekalah yang mendapatkan kehormatan berupa sebutan an-nafs al-muthaminnah. Sebutan tersebut benar-benar sesuai dengan keadaan dan realitas mereka, terutama pada Hari Kiamat kelak. Pada saat orang-orang kafir dan para pelaku kemaksiatan merasakan ketakutakan luar biasa ketika datangnya Hari Kiamat yang memang mengerikan, mereka justru dijamin keamanannya. Mereka tidak perlu takut dan khawatir. Bahkan mereka dipanggil dengan panggilan yang amat lembut Yâ ayyatuhâ an-nafs al-muthaminnah Wahai jiwa yang tenang lagi tenteram. Ketika orang-orang kafir dan pelaku maksiat menerima azab tiada tara di neraka, mereka dijauhkan dari siksa yang amat dahsyat itu. Mereka pun dipanggil untuk bergabung bersama dengan para hamba Allah SWT yang shalih lainnya. Mereka adalah sebaik-baik teman sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا ﴿٦٩﴾ Siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang salih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya QS an-Nisa’ [4] 69. Mereka juga dipersilakan memasuki surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan. Mereka pun amat puas terhadap semua karunia Allah SWT itu. Allah SWT juga ridha terhadap mereka. Itulah balasan untuk mereka atas keimanan dan amal shalih mereka. Ini sebagaimana diberitakan dalam firman Allah SWT جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ ﴿٨﴾ Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah Surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah balasan bagi orang yang takut kepada Tuhannya QS al-Bayyinah [98] 8. Mereka adalah orang-orang yang beruntung. Balasan yang yang mereka terima jauh lebih besar daripada yang mereka korbankan. Sewaktu di dunia, mereka memang harus bersusah-payah menjaga keimanan dan memperbanyak amal shalih. Mereka harus berjuang keras mengekang hawa nafsunya dan menahan diri tidak mengumbar kesenangannya. Mereka juga harus bersabar menjalani semua perintah-Nya dan menjauhi semua laranangan-Nya. Demikian pula tatkala menghadapi berbagai godaan, cobaan dan ujian; mereka harus tetap kokoh dan teguh. Sikap itu harus terus dipelihara sekalipun harus menanggung penderitaan dan rasa sakit. Akan tetapi, semua beban berat itu lenyap seketika tatkala mereka mengecap kenikmatan surga. Demikian nikmatnya hingga seolah-olah tidak pernah merasakan penderitaan sedikit pun. Keadaan mereka berkebalikan dengan orang-orang kafir dan para pelaku maksiat. Segala kesenangan yang mereka rasakan tidak sebanding dengan dahsyatnya siksa yang harus mereka terima. Begitu dimasukkan ke dalam neraka, semua kesenangan itu langsung sirna tak bersisa. Seolah mereka tidak pernah mengenyam kenikmatan sedikit pun. Rasulullah saw. bersabda يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِى النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِى الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِى الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِى بُؤُسٌ قَطُّ وَلاَ رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ Pada Hari Kiamat akan didatangkan penduduk neraka yang paling bahagia sewaktu di dunia. Lalu ia dicelupkan ke neraka sekali celupan, kemudian dikatakan kepadanya, “Wahai anak Adam, adakah engkau melihat kebaikan? Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan?” Ia menjawab, ”Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku.” Didatangkan pula seorang penghuni surga yang paling sengsara sewaktu di dunia, lalu ia dicelupkan sekali celupan di surga, kemudian ia ditanya, ”Adakah engkau merasakan penderitaan? Apakah engkau pernah merasakan kesengsaraan?” Ia menjawab,”Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku. Aku tidak merasakan penderitaan sedikitpun dan sama sekali belum pernah mengalami kesengsaraanHR Muslim dari Anas bin Malik. Inilah gambaran besarnya kenikmatan surga dan dahsyatnya siksa neraka. Maka sungguh beruntung orang-orang yang tidak tertipu dengan dunia. Orang-orang yang senantiasa mengumpulkan bekal sebanyak-banyak menyongsong kehidupan akhirat yang abadi. Merekalah orang-orang beriman dan memenuhi kehidupannya dengan catatan amal shalih. Semoga kita termasuk di dalamnya. WalLâh a’lam bi ash-shawâb. [] Catatan kaki [1] Muhammad Thahir al-Tunisi, At-Tahrîr wa at-Tanwîr , vol. 3 Tunisia Dar al-Tunisiyah, 1984, 342. [2] Al-Asfahani, Al-Mufradât fî Gharîb al-Qur’ân Damaskus Dar al-Qalam, 1992, 868. [3] Ibnu Manzhur, Lisân al-Arab, vol. 13 Beirut Dar Shadir, tt, 268. [4] Al-Asfahani, Al-Mufradât fî Gharîb al-Qur`ân, 534. [5] At-Tunis, At-Tahrîr wa at-Tanwîr , vol. 3. [6] Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân, 20 Kairo Dar al-Kutub al-Mishriyyah, 1964, 57. [7] Al-Baghawi, Ma’âlim at-Tanzîl fî Tafsîr al-Qur`ân, vol. 5 Beirut Dar Ihya` al-Turats al-Arabi, 1420 H, 253. [8] Al-Khazin, Lubâb at-Ta’wîl fî Ma’ânî at-Tanzîl, vol. 4 Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1420 H. [9] Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur`ân, vol. 24 tt al-Risalah, 1420 H, 423. [10] Abu Hayyan al-Andalusi, al-Bahr al-Muhîth fî Tafsîr, vol. 10 Beirut Dar al-Fikr, 1420 H, 476. [11] Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, 20, 58. [12] Al-Qinuji, Fat-h al-Bayân,15 Beirut al-Maktabah al-Ashriyyah, 1992, 233. [13] Al-Alusi, Rûh al-Ma’ânî, vol. 20 Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995, 347. [14] AT-Tunisi, At-Tahrîr wa at-Tanwîr , vol. 3, 341. [15] Abu Hayyan al-Andalusi, Al-Bahr al-Muhîth fî Tafsîr, vol. 10, 476. [16] Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur`ân, vol. 24, 424. [17] Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur`ân, vol. 24, 425; al-Qurthubi, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân, 20, 58. [18] Az-Zamakhsyari, Al-Kasysyâf, 4 Beirut Dar al-Kitab al-Arabi, 1987, 72. [19] Abu Hayyan al-Andalusi, Al-Bahr al-Muhîth fî Tafsîr, vol. 10, 477. [20] As-Sa’di, Taysîr al-Karîm ar-Rahmân tt al-Risalah, 2000, 924. [21] Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân, vol. 24, 423; al-Qurthubi, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân, 20, 59; al-Khazin, Lubâb al-Ta`wîl fî Ma’ânî at-Tanzîl, vol. 4, 427; Abu Hayyan al-Andalusi, Al-Bahr al-Muhîth fî Tafsîr, vol. 10, 477; as-Samarqandi, Bahr al-Ulûm, vol. 3 ; al-Jazairi, Aysar al-Tafâsîr, vol. 5 Madinah Makyabah al-Ulum wa al-Hikam, 2003, 571. Kaligrafi Ukir Modern Surat Al-Fajr 27-30 | Ya Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah | Islamic Home Decoration Membawa Ketenangan Bagi Siapa yang Membacanya "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam golongan Hamba-hambaKu. dan masuklah kedalam surga-Ku." (Q.S. Al-Fajr :27-30) Here you can read various translations of verse 15. Sahih International. And as for man, when his Lord tries him and [thus] is generous to him and favors him, he says, “My Lord has honored me.”. Yusuf Ali. Now, as for man, when his Lord trieth him, giving him honour and gifts, then saith he, (puffed up), “My Lord hath honoured me.”.
Allah Taala telah berfirman dalam al-Quran Surah al-Fajr ayat 27-30 : Maksudnya: “Wahai nafsu Mutmainnah, kembalilah kepada Tuhan engkau sambil berhati suka ria serta diredhai Tuhan maka masuklah olehmu dalam golongan hamba-hamba-Ku yang soleh dan masuklah ke dalam syurga-Ku.”. Sebaiik-baiknya untuk menjadi perawat Islam yang sejati, perlu

DetailSurah Al Fajr Verses 27 30 Citation Calligraphie, klik untuk melihat koleksi gambar lain di kibrispdr.org

eqNR.
  • qlrbsk6h45.pages.dev/261
  • qlrbsk6h45.pages.dev/97
  • qlrbsk6h45.pages.dev/307
  • qlrbsk6h45.pages.dev/488
  • qlrbsk6h45.pages.dev/332
  • qlrbsk6h45.pages.dev/201
  • qlrbsk6h45.pages.dev/148
  • qlrbsk6h45.pages.dev/310
  • kaligrafi surat al fajr ayat 27 30